Kamis, 07 November 2013

Penyadapan oleh Kedubes AS dan Australia: Musuh, Maka Posisikanlah Sebagai Musuh

[Al-Islam edisi 679] Sydney Morning Herald, sebuah harian di Australia, pada 29 Oktober 2013 lalu melansir berita berjudul “US spying on our neighbours through embassies”. Diberitakan, Amerika Serikat menyadap telepon dan memonitor jaringan komunikasi dari fasilitas pengawasan elektronik di Kedubes AS dan konsulat di seluruh Asia timur dan tenggara. Berbagai pembicaraan para pejabat Indonesia termasuk Presiden SBY termasuk yang selama ini disadap.

Bukti Sebagai Musuh
Majalah Jerman, Der Spiegel (29/10), melansir sebuah peta rahasia berisi 90 daftar fasilitas pengintaian di seluruh dunia, termasuk fasilitas intelijen komunikasi di kedubes di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh dan Yangon. Disebutkan, satuan tugas bersama dinas intelijen AS, CIA dan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) bernama “Special Collection Service” melakukan sweeping operasi pengawasan serta operasi rahasia terhadap target intelijen khusus.

Harian Australia, Sydney Morning Herald –SMH- (www.smh.com.au) pada Kamis (31/10), menyebutkan, kantor Kedubes Australia di Jakarta turut menjadi lokasi penyadapan sinyal elektronik. Dokumen rahasia NSA yang dimuat Der Spiegeljelas-jelas menyebut Direktorat Sinyal Pertahanan Australia (Defence Signals Directorate – DSD) mengoperasikan fasilitas program STATEROOM. Yaitu nama sandi program penyadapan sinyal radio, telekomunikasi, dan lalu lintas internet oleh AS dan para mitranya yang tergabung dalam jaringan ”FVEY” –Five Eye/Lima Mata-, yakni Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru. Disebutkan, DSD mengoperasikan program itu di fasilitas-fasilitas diplomatik Australia termasuk kantor Kedubes Australia yang ada di Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan Jakarta.

SMH pada (31/10/13) mengutip buku harian seorang diplomat Australian Defence Signals Bureau (Biro Sinyal Pertahanan Australia), yang sekarang bernama DSD, bahwa kabel diplomatik Indonesia dibaca secara rutin oleh intelijen Australia sejak pertengahan 1950-an dan seterusnya. Disebutkan, aksi itu dilakukan bekerjasama dengan intelijen Inggris MI6, Pusat Kantor Komunikasi Pemerintahan dan secara lebih intim dengan National Security Agency (NSA) AS. Jaringan media Fairfax juga mengungkap aksi penyadapan terhadap Presiden SBY saat hadir di KTT G20 di London beberapa bulan lalu.

AS Perbesar Markasnya di Jakarta
Fakta di atas bukti bahwa kedubes AS dan Australia sejatinya merupakan markas intelijen. Dokumen itu membuktikan bahwa peringatan yang disampaikan Hizbut Tahrir selama ini tentang bahaya kedubes AS adalah benar adanya.

Sayangnya, meski demikian, gedung Kedubes AS yang berada di samping Istana Wapres RI Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta, saat ini justru sedang dibangun menjadi 10 lantai dengan luas 36.000 meter persegi atau 3,6 hektar. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) telah mereka kantongi dari Pemprov DKI Jakarta di bawah pimpinan Pak Jokowi.

Proyek yang dijadwalkan selesai pada 2017 itu akan menjadikan kedubes AS di Jakarta sebagai gedung Kedubes AS terbesar ketiga di dunia setelah Kedubes AS di Irak dan Pakistan. Gedung tersebut bisa dipastikan akan menjadi fasilitas intelijen dan militer AS di jantung ibukota Jakarta, berdekatan dengan istana Presiden dan Wapres.

Di Jakarta sendiri, selama ini AS telah memiliki instalasi militer yakni Navy Medical Reseach Unit 2 (Namru-2). Instalasi yang sempat ditutup oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari itu beroperasi kembali ketika Menkes berikutnya Endang Sri Sedyaningsih. Instalasi Namru-2 di kompleks Kementerian Kesehatan Jl. Percetakan Negara itu dikomandoi oleh seorang kolonel AL AS dan beroperasi tanpa kendali pemerintah Indonesia.
Dubes AS untuk Indonesia Scot Marciel beberapa bulan sebelum kembali ke negaranya menyebutkan, pembangunan gedung kedubes AS itu merupakan ‘salah satu simbol komitmen Amerika kepada Kemitraan Komprehensif dengan Indonesia.’ Kompleks yang terdiri atas beberapa bangunan ini akan digunakan oleh para staf Kedutaan Besar AS dan Misi AS untuk ASEAN.

Gedung kedubes AS itu nantinya akan menjadi markas satuan pengaman laut Marine Security Guard Quarters (MSGQ) dengan embel-embel fasilitas rahasia dan personel keamanan yang diperlukan (Secret Facility and Personnel Security Clearances Required). Hal itu dinyatakan dalam salah satu paragraf dokumen salinan kontrak desain dan pembangunan gedung kedubes AS yaitu Department of State 2012 Design-Build Contract for US Embassy Jakarta, Indonesia. Dinyatakan: “1. Project Description (Secret Facility and Personnel Security Clearances Required)SAQMMA-12-R0061, Jakarta, Indonesia NEC. The project will consist of design and construction services including a New Office Building (NOB) with attached Marine Security Guard Quarters (MSGQ).”

Kantor kedubes sifatnya tertutup, termasuk bagi negara di mana kedubes itu berada, kecuali ada izin. Dengan begitu, Amerika akan leluasa menempatkan peralatan canggihnya di gedung baru dan melanjutkan aksi penyadapannya, tanpa bisa dijangkau Pemerintah RI.

Belajar dari Kedubes AS di Irak dan Pakistan, gedung itu ternyata menjadi pusat militer dan intelijen.Asia Times menyebut Kedubes AS di Pakistan itu layaknya pangkalan militer dalam bentuk kedubes. Kedubes Indonesia yang baru tak akan jauh beda.

Musuh, Harus Diposisikan Sebagai Musuh
Semua itu adalah bukti kesekian kali, bahwa Barat khususnya AS dan Australia tidak pernah bersikap sebagai teman. Hanya di permukaan saja menampakkan seolah teman. Padahal sejatinya terus memposisikan diri sebagai musuh.

Sayangnya, meski fakta sudah sedemikian jelas tetap saja mereka dianggap teman. Apapun faktanya, Pemerintah tidak pernah menganggap AS sebagai musuh dan negara penjajah. Bahkan Presiden SBY menganggap Amerika layaknya negeri keduanya, “I love the United States, with all its faults. I consider it my second country,” seperti dikutip oleh the International Herald Tribune di tahun 2004.

Penyadapan oleh AS dan Australia akhirnya dianggap hal biasa. Kalaupun ada “protes” secara diplomatis, itu hanyalah basa basi. Nyatanya pemerintah negeri ini tidak berani bertindak tegas, apalagi kepada AS. Buktinya, jangankan memutus hubungan, justru segala fasilitas diberikan kepada AS, Australia dan Barat secara terus menerus. Mulusnya pembangunan kedubes AS adalah bukti yang tak terbantahkan.

Semua fakta yang terungkap membuktikan permusuhan yang sering tampak melalui mulut mereka. Bahkan apa yang mereka sembunyikan jauh lebih besar. Allah SWT telah mengingatkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu. Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (TQS Ali Imran [3]: 118)

Sebagai negara kafir dan pengusung kekufuran, pengusung ideologi kapitalisme yang metodenya adalah penjajahan, tentu AS, Australia dan Barat pada umumnya, akan senantiasa memposisikan negeri Islam dan kaum Muslimin sebagai musuh dan sasaran penjajahannya. Hal itu juga sudah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firmannya QS al-Baqarah: 120. Jika demikian, maka menganggap AS, Australia dan Barat umumnya sebagai teman, padahal sejatinya merupakan musuh, adalah bunuh diri dan memberi pintu besar untuk penjajahan atas negeri ini dan penduduknya.

Secara faktual dan secara i’tiqadi, AS, Australia dan Barat umumnya merupakan musuh. Maka harus dianggap dan diposisikan sebagai musuh. Hal itu persis seperti perlakuan terhadap setan yang Allah perintahkan kepada kita.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu) … (TQS Fathir [35]: 6)

Karena itu, semestinya pemerintah bertindak tegas. Yaitu menutup Kedubes AS di Jakarta serta mencabut IMB untuk gedung baru yang sekarang sedang dibangun menjadi Kedubes Amerika terbesar ketiga, setelah di Irak dan Pakistan. Rencana pemerintah yang hanya akan memanggil Dubes AS dan mengirim nota protes tidaklah cukup. Tindakan tegas harus dilakukan sebagai bukti pemerintah memang benar-benar menjaga keamanan dan kedaulatan negeri ini. Tapi bila tidak, menjadi bukti bahwa pemerintah telah tunduk pada tekanan negara imperialis sadis itu.

Terlebih lagi dalam pandangan Islam, penutupan Kedubes AS itu wajib dilakukan karena Amerika Serikat adalah negara muhariban fi’lan, yakni negara yang secara langsung memerangi dan membunuh umat Islam. Terhadap negara semacam ini, tidak boleh ada hubungan diplomatik dalam bentuk apapun sampai negara ini benar-benar menghentikan penjajahan dan pembunuhannya terhadap umat Islam di berbagai kawasan dunia.

Wahai Kaum Muslimin
Kami menyeru Umat Islam untuk bergerak bersama-sama menolak pembangunan gedung Kedubes AS dan Barat yang nyata-nyata menjadi musuh, sebagai bentuk penolakan terhadap segala bentuk kemungkaran, dan pembelaan terhadap kedaulatan negeri muslim. Lebih jauh, kami juga menyeru Umat Islam untuk dengan sungguh-sungguh, saling bahu membahu, berjuang bersama-sama bagi tegaknya kembali syariah dan khilafah. Hanya dalam naungan daulah Khilafah saja kerahmatan Islam yang telah dijanjikan oleh Allah SWT itu benar-benar akan terwujud, dan perlindungan terhadap harkat dan martabat umat serta kedaulatan negeri muslim, termasuk Indonesia, juga bisa dilakukan dengan nyata. Wallâh a’lam bi ash-shawâb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar