Minggu, 25 Agustus 2013

Ramadhan Bulan Pembersihan Diri dan Sistem Kehidupan


[Al-Islam edisi 666] Tidak ada bulan yang sedemikian penuh keberkahan dan kemuliaan melebihi Ramadhan. Pada bulan ini Allah menebarkan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka bagi hamba-hambaNya. Allah SWT. juga melipatgandakan ganjaran pahala bagi setiap amal kebajikan yang dikerjakan di dalamnya.
Ibadah shaum di bulan Ramadhan berbeda dengan ibadah lainnya. Shaum Ramadhan dijanjikan akan langsung dibalas oleh Allah SWT.
« كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ »
Setiap amal anak Adam adalah baginya kecuali shiam, karena sesungguhnya ia adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya. (HR. Bukhari).

Akan tetapi apakah semua keberkahan, kemuliaan, dan limpahan pahala yang berlipat itu akan datang begitu saja pada setiap insan? Tentu tidak.

Bulan Pembersihan Diri
Kemuliaan, keberkahan, ampunan juga pahala yang berlimpah baru akan didapat seorang muslim manakala perintah dan larangan Allah SWT. telah ia patuhi. Di siang hari ia mengerjakan ibadah puasa, menahan diri dari lapar dan dahaga, hubungan intim, dan juga mengendalikan amarah dan menjauhi perkataan keji. Nabi SAW. bersabda:
«الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ. مَرَّتَيْنِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِى، الصِّيَامُ لِى، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا»
Puasa itu perisai, maka janganlah berkata keji dan jahil, dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya hendaklah berkata ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, bau mulutnya orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah ketimbang wangi kesturi, ia meninggalkan makanannya, minumannya, serta syahwatnya demi diriKu, (maka) puasa adalah untukKu, dan Aku yang akan membalasnya, dan kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali dari semisalnya. (HR. Bukhari).

Yang dimaksud dengan ‘puasa sebagai perisai (junnah)’, adalah puasa menjadi pelindung dan pencegah dirinya dari berbagai perbuatan dosa. Adapun yang dimaksud dengan wa lâ yarfuts adalah jangan berkata kotor dan mengandung syahwat/cabul. Sedangkan al-jahlu dalam hadits itu bermakna perbuatan tidak pantas yang tidak berlandaskan ilmu, atau sia-sia. Bila seorang muslim telah melakukan hal-hal demikian, maka barulah ia layak mendapatkan berbagai keutamaan-keutamaan Ramadhan yang telah dijanjikan Allah SWT.
Intinya, dengan bulan Ramadhan ini Allah menginginkan seorang muslim melakukan pembersihan diri (tazkiyatun nafs). Syahwatnya Allah minta untuk dikendalikan, jangankan kepada wanita yang bukan haknya, istrinya yang sah sekalipun tidak boleh ia datangi di siang hari saat Ramadhan. Begitupula makan dan minum yang halal pada bulan lain, harus ia jauhi selama berpuasa. Dengan begitu akan bersihlah dirinya dari berbagai hawa nafsu yang dapat merusak kepribadiannya.
Orang yang berpuasa juga diperintahkan menjaga lisan dan perbuatannya dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia, apalagi yang mungkar. Di sisi lain ia pun diperintahkan untuk menghidupkan berbagai ibadah, semisal tadarrus al-Quran, bersedekah, i’tikaf, dan qiyamul layl, sehingga terbentuklah pribadi muslim yang jauh dari kemungkaran dan sebaliknya, senantiasa mendekat bertaqarrub kepada Allah SWT.
Merugilah seorang muslim yang menjalankan shaum Ramadhan dengan hanya sekadar menahan lapar dan haus, akan tetapi tidak membersihkan dirinya dari segala kemaksiatan. Allah SWT. tidak membutuhkan puasa seseorang yang hanya menahan lapar dan dahaga tapi masih bergumul dengan perkataan dan perbuatan keji.
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Siapa yang tidak meninggalkan perkataan keji dan perbuatannya, maka tidaklah Allah membutuhkan perbuatannya meninggalkan makanannya dan minumannya. (HR. Bukhari).

Membersihkan Sistem Kehidupan
Dengan Ramadhan ini, Allah tidak saja menginginkan seorang muslim membersihkan dirinya dari segala kemaksiatan pribadi, akan tetapi menghendaki agar seorang muslim pun bisa melepaskan diri dari sistem kehidupan yang penuh dengan kemungkaran. Karena kerusakan masyarakat saat ini yang terjadi di semua sektor, hakikatnya diciptakan oleh sistem yang rusak. Bukan sekedar ditimbulkan oleh penyimpangan perilaku perorangan.
Tata pergaulan pria-wanita yang liberal membuat banyak wanita merasa bebas mengumbar aurat, selain juga menyuburkan perzinaan. Ironinya di sepanjang Ramadhan perzinaan masih saja terus terjadi, banyak pasangan yang digerebek aparat tengah melakukan perbuatan mesum. Sama sekali tidak ada rasa hormat dan ingin memuliakan Ramadhan.
Sistem ekonomi kapitalis dan liberal juga telah melegalkan produksi dan peredaran minuman keras yang menghancurkan bangsa. Menurut catatan Gabungan Industri Minuman Malt Indonesia (GIMMI), orang Indonesia mengonsumsi 100 juta liter bir pertahun. Di Indonesia angka kematian akibat miras mencapai 50 orang per hari, kalkulasi pertahun berjumlah 18.250 orang.
Kapitalisme juga telah merusak nuansa ibadah Ramadhan. Demi rating dan iklan, para pemilik televisi swasta justru menayangkan acara-acara Ramadhan yang tidak ada hubungannya dengan ibadah, bahkan sarat dengan perkataan keji dan kotor. Ironinya ada saja para ustadz yang juga ikut terseret dalam arus entertainment yang menodai dakwah dan ibadah Ramadhan. Bahkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kian prihatin atas ulah para pemilik tv swasta yang demikian komersil sampai-sampai tayangan azan pun diselipi iklan.
Sementara itu sistem demokrasi yang berlaku di tengah-tengah umat, termasuk selama Ramadhan ini, telah menciptakan berbagai problematika kemungkaran yang diperbuat oleh para politisi dan pejabat negara. Publik menilai mereka adalah sosok-sosok yang biasa berbohong. Hasil survey Lingkar Survey Indonesia (LSI) pada awal Juli memperlihatkan 65,30 persen masyarakat sudah tidak percaya lagi terhadap perkataan politisi. Perkataan politisi sering berbeda dengan perbuatannya alias hipokrit (merdeka.com, 7/7).
Demokrasi juga menyuburkan korupsi. Hingga Juni 2013, dari 524 kepala daerah, 297 orang terlibat masalah hukum, baik sebagai saksi, tersangka, terdakwa dan terpidana. Dari jumlah itu, 80 persennya terlibat kasus korupsi (kompas, 13/7). Ironinya saat ini para koruptor dan sebagian politisi mengajukan keberatan dengan pengetatan remisi bagi para koruptor yang tertuang dalam PP no. 99/2012. Dalam sistem demokrasi hukum pun bisa ditawar-tawar sesuka hati.
Karenanya selain melakukan amal membersihkan diri melalui ibadah Ramadhan, kaum muslimin juga harus melengkapinya dengan upaya membersihkan sistem ini dari segala kemungkaran. Pangkal dari semua kemungkaran yang kini terjadi adalah karena kemungkaran terbesar, yaitu mengabaikan penerapan dan pelaksanaan syariat Islam. Penerapan sistem selain Islam telah merusak kehidupan umat di semua lini, hingga ibadah pun turut dirusaknya. Inilah akibat ditinggalkannya syariat Islam. Padahal jelas-jelas Allah telah menunjukkan kepada umat manusia jalanNya yang lurus agar manusia tidak tersesat.
﴿ وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴾
Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), yang akan memecahbelahkan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (TQS. al-An’am [6]: 153).

Wahai kaum muslimin!
Hendaknya kita taat kepada Allah dalam semua perintah dan laranganNya! Ketaatan adalah pangkal dari keberkahan dan kemuliaan hidup. Sedangkan pembangkangan hanya akan mengantarkan kepada mafsadat yang besar.
Hendaknya kita taat kepada Allah dan tidak memilah-milih perintah dan laranganNya! Bila kita bisa demikian bersemangat mengerjakan puasa, shalat tarawih dan tadarrus al-Quran, mengapa kita tidak bersemangat menjawab panggilan Allah untuk bersegera menerapkan syariat Islam dan menegakkan Khilafah? Lupakah kita dengan peringatanNya:
﴿أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍۚ فَمَا جَزَاءُ مَن يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَاۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ﴾
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat (TQS. al-Baqarah: 85).

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tapi sekaligus menundukkan diri kita kepada segenap perintah dan larangan Allah. Orang-orang yang lulus dalam berpuasa adalah mereka yang ikhlas mengikuti hukum-hukum Allah dengan tanpa reserve. Mereka pun bersabar melaksanakan semua syariat Allah SWT. dan yakin bahwa tidak ada aturan yang terbaik melainkan yang diturunkan Allah bagi umat manusia.
Bukankah kita ingin seluruh amal ibadah puasa diterima sepenuhnya oleh Allah dan dibalas dengan pahala yang berlipat-lipat? Maka jadikanlah ibadah puasa Ramadlan sebagai sarana untuk membersihkan diri dari segala kemungkaran dan membersihkan sistem kotor ini untuk kita gantikan dengan syariat Islam dan Khilafah. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []

Komentar:
Hasil survey Lembaga Survei Nasional (LSN): Partai Politik merupakan intitusi yang paling tidak dipercaya publik. Faktornya ada empat: pertama, parpol yang ada di parlemen saat ini dipersepsikan banyak terlibat kasus korupsi. Kedua, parpol yang ada juga dianggap kurang memiliki kepedulian terhadap berbagai problem rakyat. Ketiga, pengurus partai dipersepsikan cenderung berperilaku pragmatis dalam berbagai isu nasional yang bersifat strategis. Keempat, banyak kasus yang bersifat amoral di mata publik yang melibatkan kader partai. (lihat, detiknews, 16/7)
  1. Sebab mendasarnya adalah sistem politik demokrasi. Akidahnya sekuler, agama dicampakkan. Doktrin politiknya berporos pada kekuasaan, segala cara pun dihalalkan. Proses politiknya mahal, korupsi, kolusi, manipulasi dan selingkuh politisi pengusaha pun jadi pilihan utama.
  2. Partai politik dan politisi terpercaya, amanah dan peduli rakyat hanya bisa diwujudkan dengan sistem politik Islam dan penerapan syariah Islam di dalam sistem Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Mari segera kita wujudkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar